Pemerintah Kongo Harus Tegas Terhadap Kelompok Bersenjata Demi Kemanusiaan – FARDC atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo, membawa beberapa peti yang berisi amunisi dan peluru berangkat ke kota Kimbau Provinsi Utara Kivu, Republik Demokratik Kongo. Tepat di hari Senin itu, para tentara dengan sikap tegas siap untuk melakukan penyerangan. Seperti yang kita tahu bahwa di Kongo mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan seputar kemanusiaan. Perang yang terjadi bertahun-tahun ini mendesak PBB agar turun tangan mengatasi permasalahan yang terjadi saat ini. Mark Lowcock yang merupakanWakil Sekretariat Jendral PBB, yang menangani urusan Kemanusiaan ini menyerukan tindakan pemaksaan untuk menghentikan segala bentuk kekerasan yang terjadi.
Banyak korban berjatuhan dan melakukan tindak penghentian perang atas dasar kemanusiaan. Akibat konflik yang terjadi di dalam negeri maupun luar negeri, yang terjadi beberapa tahun belakangan ini membuat miris dan mengetuk hati berbagai kalangan di tingkat dunia.
Lowcock mengatakan bahwa lebih dari 13 juta manusia perlu bantuan dibidang kemanusiaan. Lebih dari 4,6 juta anak mengalami gizi buruk yang sangat parah, 2,2 juta diantarnya dalam kondisi sangat memperhatinkan. Belum lagi adanya wabah berbagai macam penyakit seperti kolera dan penyakit kulit lainnya. jamur juga menghantui dimana-mana, tentu kondisi ini sangat membuat sedih banyak pihak.
Lebih dari 746.000 warga kongo harus mencari perlindungan di berbagai negara dan di DRC sendiri terdapat 540.000 jiwa yang sudah menyelamatkan diri. Hampir 746.000 orang Kongo telah menyelamatkan diri ke berbagai negara tetangga sementara DRC juga menampung lebih dari 540.000 pengungsi, katanya.

Tidak berhenti sampai disitu, kekerasan seksual semakin menyebar. Banyak laporan yang masuk namun tidak bisa ditangani dengan baik atau bahkan hanya diabaikan. Sebagian besar korban adalah anak kecil yang tidak berdaya.
Penghambat utama dalam penanganan untuk aksi kemanusiaan adalah dana. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyaknya pengungsi akibat perang, menghabiskan banyak dana dan harus segera ditangani. Sedangkan jika tidak ada yang mau menanggungnya, maka aksi kemanusiaan akan sia-sia. Menampung para pengungsi kongo tanpa adanya persiapan dana yang baik, justru akan jadi boomerang bagi DRC yang kini bertugas sebagai tempat mengungsi sebagian besar warga kongo, tegas Lowcock.
Ia menambahkan, bahwa di tahun 2017, PBB menggandeng mitra kemanusiaan untuk memberikan perlindungan dan bantuan penyelamatan nyawa lebih dari 4,2 juta manusia. Harapannya semakin tahun, ada banyak jiwa yang bisa dijangkau untuk bisa diselamatkan nyawanya dari perang yang terus terjadi di kongo.
Lowcock juga berpendapat bahwa sebenarnya pemerintah harus berperan aktif untuk menyejahterakan masyarakatnya dari segi kemanusiaan. Kemajuan dibidang politik juga harus diimbangi dengan kemanusiaan yang adil bagi warganya. Pemerintah harus tegas terhadap kelompok-kelompok bersenjata yang semakin luas melakukan pelanggaran hak asasi dan kemiskinan.