Perjalanan Politik Republik Demokrasi Kongo yang Membawa Kehancuran Di setiap Wilayah – Kehancuran yang dialami oleh Republik Demokratik Kongo terjadi akibat berbagai faktor. Aksi buruk oleh pemilik budal yang berasal dari Arab ini menjadi salah satu faktor yang cukup santer dibicarakan. Selain itu eksploitasi yang dilakukan oleh orang-orang Barat juga sangat nyata terjadi di Kongo. Selain itu, eksploitasi terhadap orang-orang Afrika selama ini sangat mengerikan.
Sebagai negara yang dijajah oleh Belgia selama 60 tahun, ternyata tidak membuat Kongo dengan mudah bisa berdiri sendiri. pemberian kemerdekaan yang dirasa terlalu cepat, justru membuat banyak tindak anarkis, kekerasan dan banyak perang antar saudara. Hal ini membuat miris banyak pihak termasuk masyarakat internasional. Kemerdekaan yang diberikan oleh Belgia, ternyata justru menjadikan Kongo sebagai negara yang tidak bisa tertata dengan baik.
Puncaknya saat kudeta pada masa Mobutu yang merupakan ditaktor di tahun 1965. Mobutu memihak pada barat dan memberikan tekanan pada oposisi dan memberikan pengawasan pada tingkat korupsi yang justru dilakukan secara besar-besaran. Perang yang terjadi di Great Lakes di Rwanda dan Burundi bahkan menyebar hingga ke Republik Demokrasi Kongo bagian timur hingga ke Banyamulenge atau Tutsi.
Akibat kejadian tersebut, akhirnya Laurent Kabila menguasai Kongo pada tahun 1997. Tentu dengan dukungan dari orang-orang di Rwanda dan wilayah Uganda. Namun peraturan yang ditetapkan olehnya tidak konsisten dan cenderung seperti berorganisasi.
Justru adanya investasi yang berasal dari Uganda dan Rwanda mengakibatkan perang kembali terjadi. Hingga akhirnya bantuan dari Zimbabwe, Angola, Namibia dan misi perdamainan dunia tersalurkan kepada masyarakat Kongo yang ada di tengah-tengah konflik.
Ditahun 2001, Laurent Kabila akhirnya dibunuh dan Joseph yang merupakan anak dari Kabila menggantikannya menjadi pemimpin di Kongo. Mulai tahun 2003, semua angkatan senjata dari berbagai negara asing mulai resmi ditaluk dari Kongo. Dilanjutkan pada tahun 2006, Kongo pertama kali melakukan pemilihan umum yang benar-benar bebas. Jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya lebih dari 70%.
Joseph kabila kembali menjadi pemenang dan berhak memimpin Kongo meskipun harus melewati dua putaran pemilihan umum. Joseph kembali membangun Kongo menjadi lebih baik dan tidak mengulang kegagalan yang sebelumnya terjadi. Berbagai cara dilakukan supaya pemerintahan bisa berjalan secara efektif dan menguntungkan berbagai pihak terutama masyarakat.

Meskipun masih banyak pemberontakan yang terjadi diwilayah timur dan bekerjasama dengan negara tetangga, namun setidaknya Kongo bisa menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Setiap konflik yang terjadi di negara dengan luas wilayah 2.345.410 km persegi ini pasti mendatangkan banyak kedukaan dan merenggut banyak korban jiwa dari anggota yang telah menjadi korban dari pemberontakan di wilayah timur, namun setidaknya sudah banyak perubahan yang telah terjadi di Republik Demokratis Kongo. Hingga kini perang masing tetap terjadi antar wilayah dan meresahkan masyarakat Kongo hingga akhirnya harus mencari tempat perlindungan di negara lain.
[wpspw_post show_full_content=”true”]